Yaaaak! Setelah hampir seminggu dibuat hectic jumpalitan mikirin PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) demi masa depan perkuliahan dan jalan-jalan, akhirnya selesai juga satu part cerita backpack trip dua minggu lalu. Saking udah lamanya ngga ngepost, jadi keder editingnya! Ribet euy! Jadi ini dipost dulu satu bagian, semoga part berikutnya ngga lama-lama menyusulnya. So let's get the journey started!
Siang hari di Stasiun Kota, saya
bersama dua orang teman saat itu berniat membeli tiket kereta api Jakarta –
Surabaya untuk trip kami ke Bromo seminggu
setelahnya. Ini merupakan kegiatan backpacking
pertama bagi kami, terutama saya. Sebelum tiket terbeli, teman saya Mai
(sebut saja Jesi) menyarankan kami untuk membeli tiket rute Jakarta – Malang biar
akses menuju Bromo lebih dekat. Memang, berdasarkan hasil riset online dan (sampe) lihat peta Jatim,
rute menuju Bromo lebih dekat lewat Malang. Meskipun kebanyakan wisatawan
memilih dari Surabaya via Probolinggo karena angkutannya jelas dan suguhan
pemandangannya lebih oke. Berhubung kakaknya Jesi sudah pernah kesana dan
rutenya lewat Malang, maka kita putuskan akhirnya memilih lewat Malang saja.
Lagipula, dari Malang kita juga masih bisa menuju Probolinggo atau memilih langsung
ke daerah Tumpang.
Setelah pertimbangan ini-itu,
akhirnya didapat sudah enam tiket Kereta Api Matarmaja kelas ekonomi Jakarta –
Malang dengan tanggal keberangkatan 21 Januari 2013. Sebenarnya total ada tujuh
orang yang akan berangkat, tapi tidak terbeli satu tiketnya karena telat
mengabari nomor identitas. Siasatnya, beli menyusul secepatnya biar masih bisa request nomer kursi yang berdekatan. Kita
cuma beli tiket keberangkatan, bukan PP (pulang-pergi). Karena mikirnya, nanti
beli disana aja pas hari pertama sampai. Oke, beres urusan tiket, sekarang
tinggal mikirin “bakal ngapain aja disana”.
Lebih kurang seminggu sebelum
keberangkatan, sesekali kami bertanya dan berdiskusi satu sama lain, mulai dari
masalah penginapan, budget berapa
banyak, sampai ngajak teman lain biar tambah seru plus yang pasti budget bisa lebih ditekan. Awalnya cukup
optimistis bisa ngajak beberapa teman lagi. Alih-alih bakal seneng jalan bareng
rame-rame temen sekelas, yang ada malah sebaliknya, satu per satu teman mulai
memutuskan batal berangkat karena alasan tertentu *sigh*. Kabar demi kabar via
sms saya terima dan membalasnya dengan “Yasudah ngga apa-apa. Next time ikut
yaa!”. Sedih bener! Sampai sekitar H-4 keberangkatan,
tersisa empat orang “penasaran” yang masih berupaya untuk tetap berangkat,
meskipun di Indonesia saat itu sedang masuk musim penghujan. Bahkan Jabodetabek
lagi “heboh-hebohnya” diguyur hujan sampai dilanda banjir parah (siklus banjir
lima tahunan). Saya pun setiap hari terus berdoa semoga cuaca kembali cerah
terutama saat kami berlibur, bahkan tiap pagi hingga siang sempat-sempatnya
ngeliatin kondisi awan di depan rumah sambil memunculkan prediksi sendiri yang
pastinya selalu dibawa optimis hahaha.
Anyway, mengunjungi Taman Nasional Bromo Tengger memang lebih
disarankan pada saat musim kemarau. Karena salah satu highlight trip-nya
adalah sunrise dari puncak Penanjakan yang tentunya lebih spektakuler dinikmati
saat langit bersih karena tidak terhalang kabut atau awan. Tapi mengunjunginya
saat musim penghujan juga memiliki keistimewaan tersendiri dan bukan sebuah
halangan, selama itu bukan hujan lebat yang terjadi berhari-hari karena
terkadang beberapa lokasi wisatanya ditutup dan akses menuju lokasinya yang
cukup berbahaya.
Dua hari menjelang tanggal
berangkat, Jesi tiba-tiba mengabarkan kalau dia batal ikut dan menyarankan
untuk diundur liburannya karena khawatir masalah cuaca. Ditambah lagi munculnya
berita di tv dan media online bahwa ada jalan penghubung dua kecamatan di
Probolinggo yang ambrol akibat tingginya curah hujan disana, membuat orang
tuanya tambah snewen. Dudududu,
yasutralah! Maka tersisa tiga orang, yaitu saya, Alfred, dan Risma. Awalnya
saya ragu dua orang teman ini bakal mutusin tetep berangkat atau memilih batal
karena sedikit yang berangkat. Tapi ternyata mereka pilih untuk tetap
berangkat. Iyess! Atas nama nekat dan doa tetap selamat, kami pun berangkat!
Setelah packing dadakan semalam sebelumnya, pagi itu saya berangkat menuju
Stasiun Pasar Senen dan janjian bertemu Alfred dan Risma disana. Kereta kami
berangkat 14.00 WIB, dan saya sampai di stasiun sekitar 1,5 jam sebelumnya.
Niat saya datang lebih awal adalah untuk me-refund
satu tiket kakak saya yang batal ikut. Padahal sebelumnya di rumah uang
tiketnya sudah diganti cash hahah
(sukarela lho, bukan saya yang minta ganti). Yaa namanya usaha biar ngga rugi
(lebih tepatnya biar untung) heheh. Tapi apa boleh dikata, ternyata harus disertai fotokopi KTP bersangkutan yang saat
itu saya tidak bawa. Sama halnya dengan Risma yang berniat me-refund dua tiket teman yang batal
berangkat. Karena tiga tiket teman yang
batal berangkat tidak bisa di-refund, maka
jadilah kami bertiga menguasai enam seat
yang sudah dibeli selama perjalanan hehehe. Aaaah legaaa!! Sesampainya selonjoran nikmat di dalam
gerbong, tak lama sebelum kereta melaju, Alfred bertemu dengan seorang temannya
yang ternyata masih satu kampus dengan kami. Namanya Tyo (ngga tau ejaannya, by the way doi cewek lho!). Si Tyo ini
ternyata bersama dengan sekitar 20an orang teman beserta beberapa dosennya
sedang mengadakan acara tour yang
merupakan kegiatan kampus, berhubung jurusan mereka adalah Usaha Jasa
Pariwisata. Yang berbeda, katanya, kali ini yang menyusun kegiatan adalah
mahasiswanya dan dibuat bergaya backpacker.
Kelihatan memang, dari bawaan mereka semua termasuk dosen-dosennya yang berupa
ransel bahkan carrier yang tidak
terlalu besar. Seru deh! Dan rute liburan mereka salah satunya sama dengan niat
kami bertiga, yaitu ke Bromo. Si Tyo sempat menawarkan kami bertiga untuk
gabung di villa yang mereka sewa di daerah Batu, karena tau kalau kami liburan
kesana belum jelas mau kemana aja, terutama masalah penginapannya hahaha. Tapi
dengan alasan tidak enak hati, akhirnya kami menolaknya (emang dasar nekat!).
Tapi wanti-wanti juga seandainya kepepet, yaa apa boleh buat. Mungkin akan kami
terima juga hahaha.
![]() | |||
Risma, Saya, Alfred. Siap 'ngubek' Malang |
![]() |
Alfred & Tyo |
![]() |
Aduh yang ini kenalannya sama si Alfred, saya ngga tau namanya |
Sesuai dengan yang tertera di
tiket, kereta api Matarmaja yang kami naiki berangkat tepat pukul 14.05 WIB.
Perjalanan diperkirakan akan menempuh waktu selama lebih kurang 18 jam *syalalala, lama aja. siapin
obat tidur*. Sepanjang perjalanan ngapain aja? Pada 6 jam pertama, perjalanan
masih fine & fun aja. Ngobrol ngalor
ngidul, ini-itu, terutama (tetep) masalah rute di Malang ngapain aja,
masalah penginapan gimana. Yaa tapi, namanya juga kita bertiga mah nekat, udah
direncanain di awal juga, kesananya mah ngga tau gimana. Space seat kami yang bisa dibilang lega ini, beberapa kali
“disinggahi” si Tyo sekedar ikut ngobrol
dan sesekali buat dia tidur. Si tyo ini orangnya ternyata asik. Kita banyak
dapet info darinya dan juga dari satu dosen pendampingnya yang waktu itu ikut,
Pak Sobirin (kalo saya ngga salah). Saya sempet heran, beliau segitu detilnya
tau daerah yang bakal kami kunjungi, bahkan nama jalan dan gangnya sekalipun.
Hebat! Ngga heran deh, kalau si Tyo menjulukinya Om Gugel.
Menjelang malam, mulai deh satu
per satu dari kami bergiliran ‘ronda’ di kereta. Maksudnya ganti-gantian
tidurnya. Sekedar waspada aja, takut ada barang-barang yang hilang. Si Alfred yang sepanjang sore
di awal perjalanan ngga tidur-tidur, malamnya mau ngga mau dapet jatah tidur. Jadilah
antara saya dan Risma yang dapet giliran ronda malam. Saya yang kalau ngeliat
suasana gelap bawaannya ngantuk melulu, sering kedapetan tidur di tengah jam
ronda hahaha. Ternyata, dapet masing-masing dua seat bagi kami, tidak menjamin bakal tidur nyenyak selama
perjalanan. Mata memang bawaanya mau merem melulu, tapi susah banget
nyari posisi enak yang bisa bikin kita terlelap agak lama. Waktu perjalanan pun
terasa lamaaaa aja. Tiap kali liat jam, rasanya cuma nambah 15 menit doang.
Sekalinya bangun gara-gara badan pegel atau mati gaya ngga dapet posisi tidur,
biasanya yaa ngga lain, makan atau nyemil. Main hp yaa bosen, online yaa rada
males (saya doang, mungkin), baca buku apalagi (yaa wong yang saya bawa yaa
buku yang udah khatam beberapa kali -___-). Satu kali saking bosen dan pegelnya
badan, saya bareng Tyo jalan-jalan ke gerbong lain. Kami susuri dari gerbong
kami yang hampir belakang banget, sampe gerbong kelas ekonomi AC yang ada
hampir di depan. Walah! Emang dasar kurang kerjaan! Jalannya pun rada ngeri. Beberapa kali harus ngelangkahin orang
yang menghalangi jalan atau bahkan nekat tidur di tengah jalan dalam gerbong.
Ck ck ck.
Menjelang pagi, masih dalam
suasana “mati gaya” dan badan pegal-pegal akhirnya kami sampai di daerah
Kediri. Dari Stasiun Kediri menuju Malang inilah suguhan pemandangannya mulai
memanjakan mata. Rute yang dilalui tidak seperti rute perjalanan
sebelum-sebelumnya. Saya malah merasa sedang naik kereta wisata macam yang ada
di Ambarawa (iya kali ah! Saya juga belom pernah padahal heheh). Ditambah sang
surya yang mulai menampakkan rupanya dan makin meninggi, makin jadi aja deh
pemandangannya. Mendekati Stasiun Malang (Kota Baru), satu rute yang paling
saya suka yaitu saat masuk kawasan semacam hutan dan perbukitan. Sungguh sebuah
perjalanan kereta api yang tidak pernah saya sangka. Karena pengalaman naik
kereta sebelumnya ke Surabaya, (sepertinya) lewat jalur utara yang suguhannya
sebagian besar laut. Aaahhh! Ke-matigayaan dan pegal rasanya mulai luntur
seketika memasuki Stasiun Malang.
![]() |
The scenery (lagi berawan, tapi ga sampe ujan) |
![]() |
View lagi (abaikan label fotonya) |
![]() |
Another view |
![]() |
Sesampainya di Kediri mulai deh kyak gini |
Berjalan keluar Stasiun Malang, saya mulai jatuh
cinta dengan suasana kotanya. Rasanya seperti berada di daerah Ciawi, Bogor.
Daerah kota yang sudah banyak bangunan tertata rapi, dan di kejauhan terlihat
gunung dan perbukitan. Teringat kondisi Jakarta yang sedang diguyur hujan lebat
sebelum keberangkatan, kekhawatiran saya akan cuaca di Malang yang dilanda thunderstorm pupus sudah. Cuacanya saat
kami sampai ternyata cerah sekali , hanya sesekali berawan. Yihaaa! Selamat datang
di Malang!
- to be continued -![]() |
Touchdown Malang! |
ps : saya lupa nonaktifin label tanggal di kamera, karena menurut saya ganggu banget. Bodohnya lagi, tanggal yang tertera itu tahunnya 2010. *self-jitak! makanya di beberapa foto yang tidak bisa "terselamatkan" saya tutup pake label seadanya sekalian jadi watermark ecek-ecek hahah. Dan saya baru nyadar pas di hari ketiga :D
No comments:
Post a Comment